Latest News

Jumat, 15 Februari 2013

120 Hari Kepemimpinan Jokowi - Ahok

120 Hari Kepemimpinan Jokowi - Ahok
Kemarin, persis empat bulan Joko Widodo memerintah DKI Jakarta. Sejumlah langkah fenomenal yang dilakukan gubernur yang akrab dipanggil Jokowi ini berhasil memompa semangat warga untuk peduli terhadap pembangunan kotanya.

Warga Jakarta, merasa terlibat pada persoalan Jakarta. Manakala dua persoalan klasik Jakarta muncul di depan mata, yakni banjir dan kemacetan, Jokowi jelas tak mampu mencegahnya. Namun, pamornya bukannya turun, malah melesat naik. Itu karena sejak awal Jokowi-Basuki telah berhasil menanamkan kesan sosok pemimpin yang dimaui rakyat, yakni pemimpin yang melayani.

Aksi Jokowi turun ke lapangan (blusukan), tak hanya menjadikannya seorang pemimpin yang mengenal medan. Aksi itu sekaligus memberi pengaruh positif kepada para wali pemerintahan wilayah, yakni wali kota, camat, hingga lurah, serta kepala bidang teknis provinsi.

Jokowi secara tak langsung telah menanamkan filosofi bahwa pemimpin berkewajiban melayani rakyat. Seorang pemimpin harus benar-benar menjiwai kondisi rakyatnya dengan hadir di tengah-tengah rakyat.

Kerinduan masyarakat akan pemimpin yang tidak hanya menerima laporan ABS, asal bapak senang, terpenuhi. Sorotan media massa saat Jokowi berbaju Korpri masuk ke saluran air, langsung memantau perbaikan tanggul yang jebol, bahkan mencari tahu sendiri mengapa pompa air di Pluit tak berfungsi, membangun harapan warga akan adanya gubernur yang mampu mencari solusi perbaikan Jakarta.

Ia juga �melanggar� kebiasaan dengan melantik wali kota di slum area. Setali tiga uang, sang wakil, Basuki Tjahaja Purnama, juga memberesi birokrasi. Terobosan yang cukup mengagetkan antara lain menggelar rapat yang diunggah di You Tube sebagai salah satu bentuk transparansi.

Mengakomodasi kebutuhan warga Jakarta yang kompleks pun diterjemahkan dengan cerdas, yakni mempertahankan akar budaya Betawi. Jokowi yang berasal dari Solo mewajibkan pegawainya berseragam baju adat Betawi pada hari tertentu.

Ia bekerja efektif dan efisien. Sejumlah pos anggaran yang tak relevan untuk kepentingan rakyat, dihapus. Dimulai dari biaya pelantikannya yang dipotong, berlanjut hingga pada penyusunan RAPBD.

Demikian juga dalam pelaksanaan sejumlah upaya membangun, Jokowi-Basuki tidak membuang waktu, tenaga dan biaya, dengan berbagai penelitian. Sudah banyak hasil survei atau penelitian yang dapat dimanfaatkan untuk mencari solusi persoalan Jakarta. Yang kurang selama ini adalah eksekusi atau ketegasan memutuskan mana yang harus dikerjakan.

Keterbukaan ini yang membawa warga merasa ikut serta membangun kotanya. Kebijakan yang menyangkut pusat-daerah pun, melalui media massa, dibuka lebar-lebar. Lobi Jokowi ke sejumlah menteri berkaitan dengan pembangunan infrastruktur Jakarta membuat warga mengerti mana porsi pemerintah pusat, mana porsi Pemprov DKI Jakarta, dan mana yang harus dikerjakan bersama.

Dengan cara ini Jokowi dapat mengajak partisipasi publik menekan pusat. Sebuah pemerintahan yang solid dan penuh dukungan memang harus disertai dengan rekayasa sosial yang baik.

Langkah pada bulan keempat pemerintahannya, Jokowi-Basuki melakukan perombakan besar-besaran di lingkungan pegawai eselon II atau setingkat kepala dinas. Bahkan, salah seorang wali kota digeser menjadi kepala Badan Perpusatakaan dan Arsip Daerah. Ia beralasan bahwa target sudah dicanangkan sejak awal dan melihat empat bulan masa kerja ternyata tidak juga ada kemajuan, maka perombakan pun dengan tegas dilakukan.

Perombakan ini bertujuan untuk percepatan kinerja birokrasi. Siapa yang tak mampu mengimbangi lari Jokowi akan ditinggal. Langkah positif ini, hemat kita, perlu dibarengi dengan kehati-hatian serta kewaspadaan.

Pertama, jangan sampai proses penempatan dan pergeseran ini terdapat muatan kolusi sehingga justru memberikan tempat pada orang yang salah.

Kedua, Jokowi-Basuki harus sudah memetakan posisi dukungan orang lama yang digeser sehingga menghindari munculnya gerbong sakit hati di jajaran birokrasi. Pergeseran pejabat yang bertujuan demi kesempurnaan pelayanan masyarakat ini menambah poin apresiasi terhadap Jokowi.

Berbagai upaya Jokowi terbukti mendongkrak popularitasnya. Lembaga survei Pusat Data Bersatu (PDB) menempatkannya sebagai calon presiden di urutan pertama berdasarkan elektabilitas.

Kita berharap Jokowi tidak tergoda kekuasaan sesuai janjinya ia akan berkonsentrasi membangun Jakarta sampai habis masa tugasnya ketimbang mengikuti keinginan kekuasaan maju pada Pilpres 2014. http://www.beritasatu.com/blog/tajuk/2187-120-hari-jokowi.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar