Latest News

Kamis, 31 Oktober 2013

Jokowi dan Media Darling "Kenapa Jokowi disukai Media ?"



Jokowi dan Media Darling

Kenapa Jokowi disukai Media?, Kenapa Jokowi menjadi pembicaraan dari anak kecil sampai emak-emak saat belanja sayuran, kenapa Jokowi menjadi pilihan tontonan rakyat saat-saat ini.Banyak yang bodoh mengatakan Jokowi adalah hasil rekayasa media massa, banyak yang naif menyatakan wartawan dibayar Jokowi. Tapi mereka gagal melihat substansi, "Jokowi menjawab kegelisahan Jaman".

Kegelisahan jaman kita saat ini adalah "Rakyat tidak diasingkan oleh Pemimpinnya". Dalam budaya panggung di Indonesia rakyat, penonton menyatu dengan aktor, penonton bisa berdialog dengan aktor, ini bisa kita liat dalam seni-seni panggung rakyat seperti Lenong, Ketoprak ataupun Ludruk. Dalam dagelan Mataraman, Penonton bisa menjadi bagian dalam aktor.

Selama beberapa dekade rakyat tidak disatukan dalam gerak dan keputusan publik. Banyak kebijakan-kebijakan publik menjadikan rakyat objek dan menyengsarakan. Ini berbeda halnya dengan sejarah kepemimpinan Bung Karno di masa lalu, dimana keputusan publiknya selalu mengikutsertakan rakyat sebagai faktor penentu, seperti misalnya Perebutan Irian Barat yang meminta mobilisasi umum, rakyat digerakkan partisipatifnya, rakyat dihadapkan pada Demokrasi Partisipatif, rakyat menjadi aktor dalam kebijakan-kebijakan publik dengan menjadi sukarelawan perebutan perang di Irian Barat.

Segaris dengan Bung Karno, Jokowi juga menciptakan panggung dimana rakyat bergerak, dimana rakyat ikut serta memutuskan kebijakan publik, dimana rakyat didengar sebagai gudang gagasan. Jokowi menciptakan gestur baru sebagai pemimpin, yaitu : "bahasa tubuh yang mendengar" bukan bahasa tubuh yang "sakral". Inilah jawaban Jokowi terhadap bahasa jaman. "Jokowi mampu melihat jaman sekarang adalah jaman ketika informasi tumbuh dari individu bukan lagi dari pabrik opini".

Dari sini kemudian Jokowi membangun persepsi publik "Rakyat Menjadi Bagian Dari Kebijakan Publik". Dari sini Jokowi membangun titik nol branding politiknya. Ternyata ini tidak pernah bisa dibaca pejabat lain, mereka melihat Media Massa adalah bagian dari "Bicara" mereka, bukan bagian dari "Rekam Jejak Mereka". Sementara Jokowi menempatkan media massa sebagai "Perekam Jejak" sekaligus menyederhanakan pesan-pesan kebijakan publik.

Jokowi tidak perlu menyewa Media besar untuk memberitakannya, Jokowi tdiak perlu bloking acara TV, Jokowi tidak perlu bloking khusus iklan-iklan TV, tapi Jokowi membalikkan keadaan dia-lah yang diperlukan media, bukan media perlu dia. Karena hukum media juga akan bekerja dengan baik, : "Setiap hal pada akhirnya akan menemukan faktanya".


Source : FB  Hendri Andriyono
https://www.facebook.com/photo.php?fbid=10152016933799273&set=gm.208063226043648&type=1&theater

Tidak ada komentar:

Posting Komentar