Latest News

Rabu, 04 Juni 2014

Jokowi Memang Tidak Terlahir Sebagai Orator dan Tidak Perlu jadi Orator


Jokowi Memang Tidak Terlahir Sebagai Orator dan Tidak Perlu jadi Orator


Jokowi adalah dirinya sendiri. Sebagai seorang pemimpin, ia memiliki karakter yang jauh lebih besar dari badannya. Kecepatan menangani masalah juga lebih cepat dari suaranya.  Harus diakui, Jokowi bukan seorang yang lihai bersilat lidah dalam orasi dan pidato politik. Suaranya terbalut kekakuan yang tidak sexy, kekakuan yang justru membuat pendukungnya menghela nafas dan menanti nanti: apa kiranya yang akan pemimpinnya katakan? Sementara banyak orator yang katanya ulung rakyat terkantuk-kantuk mendengarkan.
Saya mengamati beberapa kali Jokowi berpidato di depan publik semenjak pencalonannya menjadi gubernur. Kalau ukuran berpidato adalah menggelegar, penuh rima puitis, dengan kalimat-kalimat rumit, Jokowi tidak punya itu. Sebaliknya Jokowi berbicara pelan dengan bahasa sederhana yang dianyam satu per satu dari dalam hati sebelum keluar lewat getaran suara. Ia bicara dengan gaya bahasanya sendiri yang membumi sama seperti orang-orang di pasar, di terminal, di warung kopi, di jalan-jalan, seperti rakyat kebanyakan. Ia bicara langsung pada hal yang dianggap penting. Mengapa? Sebab ia bukan tipikal birokrat lelet yang hobinya memperlambat kerja berharap dapat amplop.
Pidato Jokowi jauh dari retorika yang menyimpan “ajian pelet politik” demi memenangkan dukungan. Namun, manakala itulah Jokowi berbicara dengan bahasa-bahasa awam, rakyat menunggu. Menunggu apa lagi yang akan dia katakan, sebab rakyat haus bahasa politik yang turun dari hati. Nurani dan telinga dan mata rakyat tahu persis mana kelihaian berorasi yang muncul dari keserakahan libido kekuasaan, mana suara kesederhanaan yang canggung namun tulus untuk mencapai cita-cita rakyat. Suara Jokowi jelas merupakan harapan itu sendiri.
Buat apalah pandai orasi namun membohongi rakyat? Berorasi penuh gelora di depan rakyat menjanjikan menikam asing, namun dibelakang kamar menjajakan diri kepada kapitalisme? Buat apa pandai bercakap-cakap pidato namun tanpa jejak sumbangsih yang jelas? Rakyat tidak perlu opera sabun murahan. Rakyat tidak perlu lagi pemimpin yang jago omong besar namun jelas-jelas pernah menindas rakyat. Rakyat Indonesia tidak hidup dari orasi, kami hidup dari aksi.

Source : http://dia-lo-gue.com/2014/06/jokowi-bukan-orator-ulung-tapi-dia-bicara-dari-hati-dan-beraksi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar