Latest News

Minggu, 29 Juni 2014

Surat Terbuka untuk Jokowi

1403957270626670893


Kepada Ytk, Bapak Joko Widodo
di mana pun berada

Mengawali surat ini, perkenankan saya mengucapkan: “selamat menunaikan ibadah puasa bagi Bapak sekeluarga. Semoga ibadah puasa yang bapa jalani selama masa puasa ini membawa kebeningan hati guna memimpin bangsa ini dengan nurani jernih nan bijaksana.”
Saya hanyalah seorang warga negara biasa dari keluarga sederhana yang mendiami Pulau Flores, Propinsi NTT, yang selama ini selalu diplesetkan oleh teman-teman sebangsa dan setanah air sebagai Propinsi Nusa Tertinggal dan Terbelakang.Sebagian hidup saya dihabiskan di Pulau ini sebelum merantau dan studi di Pulau Jawa dan akhirnya berkarya di beberapa tempat terpencil di Indonesia.
Sebagai seorang putra yang dilahirkan dari keluarga petani di sebuah dusun dengan fasilitas dan sarana-prasarana yang tidak memadai, menyelesaikan studi sampai ke jenjang SMU merupakan sebuah kemewahan. Namun, oleh karena niat dan tekad yang bulat, maka hal yang mustahil itu bisa terjadi. Namun, hari-hari ini masih begitu banyak masyarakat Indonesia yang berdiam di tempat-tempat terpencil di Indonesia yang tidak mengalami nasib yang serupa dengan saya. Pertanyaannya: mengapa?

Bangsa kita memang telah lama merdeka dari penjajahan Portugis, Belanda, dan Jepang. Akan tetapi, saat ini tidak semua masyarakat Indonesia telah merdeka dari kemiskinan dan buta huruf. Ada banyak faktor yang menyebabkan kemiskinan dan buta huruf, termasuk di daerahku. Pertama-tama bukan karena masyarakatnya malas, tetapi kebanyakan karena mereka tidak diberikan jalan, jembatan, sarana pendidikan dan sarana kesehatan yang memadai. Hal ini paling dirasakan oleh kami, masyarakat Indonesia bagian timur. Kami merasakan sungguh bahwa ada ketimpangan dalam perhatian oleh pemerintah pusat karena terlalu berkiblat ke Jawa dan Sumatera.  Kami sungguh mengalami bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia memang naik tetapi tidak merata. Bagaimana mungkin masyarakat bisa sekolah ketika fasilitas pendidikan tidak memadai? Bagaimana mungkin masyarakat bisa menjual hasil bumi ketika jalan dan jembatan tidak ada? Bagaimana mungkin masyarakat bisa sehat, jika sarana kesehatan belum memadai?

Oleh karena itu, sebagai anak yang terlahir dari keluarga sederhana, saya selalu merindukan figur pemimpin yang memang pernah mengalami apa artinya menjadi orang sederhana, menjadi orang susah yang karena itu melahirkan solidaritas dengan kaum miskin, sederhana yang seringkali terabaikan dalam proses pembangunan bangsa ini.
Kerinduan saya untuk figur pemimpin seperti ini saya temukan dalam diri Bapak Jokowi. Bapak pernah mengalami bagaimana rasanya menjadi orang susah dan harus berjuang untuk mengatasi aneka kesulitan itu agar bisa meraih kesuksesan. Dan ketika sudah mencapai kesuksesan, Bapak tidak pernah melupakan bahwa masih ada begitu banyak orang susah yang berada di sekitar Bapak. Sehingga ketika Bapak memimpin Solo dan Jakarta, Bapa tetap memberikan perhatian yang tulus kepada mereka-mereka yang susah dan seringkali dikorbankan dalam proses pembangunan.

Kini, Bapa telah menjadi salah satu capres yang akan bertarung memenangkan hati masyarakat Indonesia agar bisa menjadi pemimpin Indonesia untuk 5 tahun ke depan. Saya adalah salah satu yang paling berharap bahwa prestasi dan kebaikan Bapa sebagai pemimpin yang merakyat dan solider dengan masyarakat kecil tidak hanya dirasakan oleh masyarakat Solo dan Jakarta. Karena itu, sejak Bapak dilantik sebagai Gubernur DKI Jakarta, saya adalah salah satu warga negara Indonesia yang diam-diam merasa iri hati dan cemburu oleh karena Bapak hanya menjadi milik orang Jakarta.

Melalui media Kompasiana, saya pun selalu menulis tentang harapan saya semoga Bapak berkenan menjadi salah satu kandidat capres pada 2014 ini agar kebaikan Bapak sebagai pemimpin bisa dikecap oleh seluruh masyarakat Indonesia di mana pun, terutama di pedalaman-pedalaman Kalimantan, NTT, Sulawesi, dan Irian Jaya.

Ternyata apa yang menjadi percikan kerinduan saya dan mungkin juga kerinduan masyarakat Indonesia lainnya, disambut baik oleh Ibu Megawati Soekarno Putri selaku Ketum PDIP, ketika ia dengan legowo memberikan mandat kepada Bapak untuk menjadi Capres PDIP. Bagi saya, Bapak bukan milik PDIP, tetapi milik seluruh masyrakat Indonesia. Sehingga sudah saatnya negara ini dipimpin oleh pemimpin dengan semangat kerakyatan seperti Bapak.
Apalagi melalui debat-debat capres, saya melihat bahwa Bapak adalah orang yang tepat untuk menjawab persoalan praktis bangsa ini sebab Bapak tidak menawarkan ide-ide besar tetapi ide-ide kecil yang menyentuh kebutuhan masyarakat Indonesia. Apa itu?
Pertama, saya tertarik sekali dengan program Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan Kartu Indonesia Sehat (KIS). Bagi saya, kedua program ini sangat menjawab kebutuhan masayrakat miskin dan kurang terdidik yang umumnya mendiami wilayah-wilayah pedalaman dan pedesaan. Mereka sangat membutuhkan pendidikan dan kesehatan gratis untuk meningkatkan kualitas hidup mereka. Bagaimana mereka bisa bekerja, memiliki uang dan menyekolahkan anak-anak mereka jika mereka tidak sehat? Bagaimana mereka bisa memperbaiki nasib hidup keluarga kalau mereka tidak bisa sekolah karena kesulitan biaya? KIP dan KIS memberikan sedikit jawaban yang memberikan harapan bagi perubahan.

Kedua, peningkatan alokasi dana untuk pembangunan atau pengembangan infrastruktur terutama di wilayah-wilayah Indonesia Timur. Salah satunya dengan program Tol Laut. Ide ini sangat saya apresiasi. Mengapa? Karena saya mengalami bahwa harga barang  seperti bahan bangunan, pakaian, dan peralatan elektronik di wilayah Indonesia bagian timur bisa berkali-kali lipat mahalnya dibandingkan di wilayah Indonesia bagian barat. Sedangkan harga kopi, cengkeh, fanili, kemiri, coklat, dan hasil bumi lainnya serta  harga ternak semacam sapi, kambing, dll,  di wilayah Indonesia bagian timur begitu murah dibandingkan di wilayah Indonesia bagian barat. Apa sebabnya? Lagi-lagi ketimpangan dalam pembangunan sarana-prasarana transportasi. Tol Laut dengan konsep kapal besar yang wira-wiri ke Sabang-Merauke menjadi salah satu jawaban untuk menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi di seluruh wilayah negeri ini.

Masih ada begitu banyak program Bapak lainnya yang sangat populis atau berpihak pada masyarakat kecil atau mereka yang selama ini kurang mendapatkan perhatian dalam proses pembangunan bangsa. Semuanya itu semakin meyakinkan saya bahwa Bapak adalah sosok pemimpin yang sungguh memahami peta persoalan utama di negeri ini dan bisa memberikan jawaban untuk mengatasi aneka persoalan tersebut.
Oleh karena itu, saya selalu mengajak teman-teman, keluarga, sahabat dan siapa pun yang saya jumpai baik di dunia nyata maupun di dunia maya untuk berjuang seoptimal mungkin agar Bapak bisa terpilih sebagai Pemimpin kami pada 9 Juli 2014 nanti.
Akan tetapi, saya menyadari bahwa begitu banyak kepentingan yang bermain di negeri ini, sehingga bisa saja orang baik seperti Bapa terkalahkan dalam pilpres nanti. Karena itu, jika Bapa pun tidak terpilih nanti, hidup dan kepemimpinan Bapak telah menjadi inspirasi bagi kami generasi muda agar tidak pernah melupakan sesama anak bangsa yang nasibnya masih belum berutung. Minimal kehadiran Bapak telah memotivasi generasi muda yang masih punya nurani untuk menjadi pemimpin dengan semangat kepemimpinan seperti Bapak.
Akhir kata, semoga Bapa tetap legowo menerima apa pun hasil pilpres nanti sehingga tetap menjadi pemimpin yang rendah hati, sederhana, jujur, dan mau melayani masyarakat tanpa ada kesan birokratis dan elitis.

Selamat menunaikan Puasa buat Bapak Sekeluarga
Salam 2 Jari  & Doa
Ruteng, 28 Juni 2014


Tidak ada komentar:

Posting Komentar