Latest News

Kamis, 13 Maret 2014

Kagum mendengarkan ada pejabat setingkat Gubernur yang naik kelas Ekonomi, nenteng tas sendiri dan jalan tanpa pengawalan



SEKEDAR SHARING 

PENGALAMAN PRIBADI

Entahlah ..... mengapa semua orang yang menjadi lawan politiknya begitu ketakutan akan sosok yang menurut saya sama sekali tidak menakutkan ini, bahkan saat ini di internet sedang bertebaran isu-isu yang menjelek2kan dan berusaha menjatuhkan namanya.

Mulai dari adu domba di dalam negeri hingga katanya ada konspirasi pencitraan oleh pihak asing untuk menjadi Presiden. Wah.... jadi bingung sendiri jika mengikuti berbagai berita politik...

Saya ndak tahu mana yang benar dan mana yang salah karena saya ini awam politik. Jadi silahkan anda saja yang menilainya saya ndak mau ikutan pendapat orang lain, saya hanya mau bercerita pengalaman sendiri saja.

Kemarin Sabtu saya sedang dalam rangka perjalanan kerja dari Pekan Baru ke Jakarta, menggunakan pesawat Garuda kelas Ekonomi, eh tiba2 berjumpa dengan beliau dan boarding bersama.

Apa yang terjadi, ternyata sosok ini juga naik kelas ekonomi, nenteng tas sendiri, jalan tanpa pengawalan, semua orang bebas menyapa, dan sering di ajak foto bersama, sepertinya tidak ada citra yang harus di jaga, dan tidak ada para body guard yang mengelilingi untuk menjaga keselamatannya.

Beliau santai saja jalan, dan sy sendiri juga santai saja jalan bersama asisten saya menuju tempat naik pesawat (boarding point).

Awalnya saya sama sekali tidak tertarik untuk foto bersama, karena saya pikir untuk apa ? mungkin saja ini semua hanya sebuah skenario/teknik pencitraan yang dilakukan oleh beliau dan timnya. Karena semua bisa saja terjadi dalam dunia dan panggung politik Indonesia. So selama berjalan bersama kami tidak ikut2an seperti yang lain berfoto bersama, mumpung ada kesempatan...foto bersama.

Namun karena tiba-tiba untuk menuju pesawat kami harus naik bus dan ternyata beliau juga naik bis bersama kami tidak naik mobil khusus VIP sebagaimana para Gubernur lainnya, dan kebetulan saja beliau berdiri hampir bersebelahan dengan saya, jadi akhirnya hati ini tergerak untuk ikut mengambil gambar bersama. Ya sekedar untuk kenang2an. (foto di ambil saat bus berjalan dan tanpa persiapan kamera, jadi gambarnyapun ala kadarnya)

Seumur hidup bila bertemu pejabat di Bandara dan naik Garuda biasanya jika tidak terlambat datang ya biasanya bikin pesawat plus pilotnya harus menunggu tapi pejabat yang satu ini tepat waktu, seumur hidup saya naik pesawat keliling daerah, belum pernah ada Gubernur yang mau naik bus berdiri bersama penumpang kelas ekonomi lainnya.

Namun kali ini agak berbeda, saya lihat beliau sangat rileks, santai, tidak pernah risih atau memilih siapa orang yang ada di sebelahnya. Karena kebetulan saat di bus yang di sebelahnya adalah saya dan kebetulan juga berbaju batik merah, maka justru banyak orang mengira saya adalah Asisten beliau. Padahal sama sekali bukan, saya adalah rakyat biasa yang tidak tertarik dengan politik.

Dan yang lebih mengejutkan bahwa saat itu ternyata sedang dalam kondisi kurang sehat, tapi masih mau mengangkat sendiri koper pribadinya dari bis sampai di Cabin pesawat.

Saya jadi bingung... seumur hidup saya yang hampir separo abad ini belum pernah menemukan ada Gubernur atau pejabat yang lebih rendah semisal CAMAT saja yang seperti ini. Bahkan sebelumnya kami pernah satupesawat dengan pejabat tinggi di Kepolisian Jakarta, wah... banyak betul TIM pengaman dan pembawa tasnya, dan duduk di kelas VIP, bahkan waktu itu kami sama2 terbang dengan kelas VIP saja tidak boleh duduk satu mobil dengan beliau saat turun dari pesawat menaiki mobil khusus penumpang kelas Business.

Entahlah saya mau berkata apa.... saya hanya bisa bercerita pada istri saya. Dan istri sayapun ikut berdecak...kagum mendengarkan ada pejabat setingkat Gubernur yang naik kelas Ekonomi, nenteng tas sendiri dan jalan tanpa pengawalan berdiri di bus bersebelahan dengan saya.

Semoga kita bisa mulai dapat membedakan dengan hati mana pemimpin yang PENCITRAAN DAN MANA YANG OTENTIK.

Tapi tentu saja beda kepala beda pendapat, jika ada yan suka pasti juga ada yang tidak suka, itulah Sunatullah, itulah hukum keseimbangan alam jadi tidak perlu di persoalkan. Dan akhirnya saya hanya bisa menceritakan pengalaman dan kesan pribadi saja bertemu langsung dengan tokoh kontroversial di jajaran PEMDA JAKARTA.

Jadi silahkan saja berbeda pendapat, tapi kalau bisa jangan dulu berprasangka negatif dan berkomentar sebelum membuktikannya. Itu yang pernah di ajarkan guru ngaji saya saat masih kecil dulu.

Saya yakin kisah ini bisa di jadikan bahan perdebatan yang tiada akhir tapi juga bisa dijadikan renungan sebagai pelajaran bagi bangsa ini dalam melihat perjalanan sejarah politik Indonesia.

Pilihan itu semua ada pada hati dan pikiran kita masing-masing dan sekaligus akan menjadi cermin cara berpikir bangsa ini.

Saya sendiri sebagai pendidik lebih memilih untuk merenungkan dan membicarakannya bersama istri dan anak-anak kami agar jika kelak anak-anak kami menjadi pemimpin jadilah pemimpin yang OTENTIK dan Merakyat.

Salam syukur penuh berkah.


Source : FB Komunitas AYAH EDY

3 komentar:

  1. jokowi tulus apa adanya, lebih suka susah sendiri daripada merepotkan org lain kecuali utk hal2 yg diluar kemampuan beliau

    BalasHapus
  2. Sy jg kagum dengan kesederhanaan jokowi...
    Beliau memang layak jadi seorang pemimpin bangsa

    BalasHapus
  3. Jokowidodo terlahir dr rakyat jelata yg di berikan allah untuk bangsa indonesia dgn garisan takdir allah untuk menjadi pemimpin indonesia yg sedang terpuruk....kita lihat saja nanti...bila sudah kehendak allah tdk ada yg tdk mungkin....salam 2 jari

    BalasHapus